KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE "DEEP FACE"
Teknologi pengenalan wajah (Deep Face) menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi gambar orang yang ditangkap oleh kamera atau muncul di halaman web. Ini mengidentifikasi wajah manusia dalam gambar digital. Ini menggunakan jaringan syaraf sembilan lapis dengan lebih dari 120 juta bobot koneksi dan dilatih pada empat juta gambar yang diunggah oleh pengguna Facebook. DeepFace menunjukkan performa setingkat manusia. Tim peneliti Facebook telah menyatakan bahwa metode DeepFace mencapai akurasi 97.35% ± 0.25% dimana manusia memiliki 97.53%.
KELEBIHAN DARI TEKNOLOGI PENGENALAN WAJAH (DEEP FACE)
Deep face tentu saja memilki kelabihan diantaranya sebagai berikut :
1. Mudah dan Praktis
Teknologi ini memungkinkan pengamanan akses dengan cara yang mudah dan praktis. Jika dahulu seorang user harus mengingat kombinasi username dan password, kini user tinggal berdiri di depan mesin pemindai, dan akses akan dengan mudah diberikan ketika data terverifikasi. Hal ini juga berarti membawa banyak kemudahan pada setiap golongan masyarakat karena prosesnya yang tidak rumit dan sangat sederhana untuk user.
2. Tingkat Akurasi Data yang Tinggi
Karena menggunakan basis data profil wajah yang kemudian dianalisis sebagai serangkaian kode dalam sistem, akurasi data yang dimiliki terbilang sangat tinggi. Kesalahan akan berada pada titik minimal, pada bidang pencocokan dan verifikasi data. Bahkan pada orang-orang yang memiliki kemiripan profil atau bentuk wajah, perbedaan akan tetap dapat diidentifikasi dengan baik.
3. Sulit Diduplikasi atau Dipalsukan
Ekstraksi data pada profil wajah dilakukan berulang pada tahap awal, untuk mendapatkan data seakurat mungkin pada akun milik user. Dengan demikian, sistem dapat mengidentifikasi dengan identik seorang user, dan aksesnya akan sulit diduplikasi. Bahkan, pada beberapa teknologi yang telah lebih maju, dapat pula dideteksi apakah wajah yang ada di depan mesin pemindai merupakan topeng atau wajah manusia asli. Hal ini dapat dikombinasikan dan didukung dengan fitur seperti liveness detection.
4. Terhubung dengan Database yang Solid
Pada produk deep face yang baik, sistem akan dapat terhubung dengan database solid seperti milik pemerintah. Hal ini tentu dilakukan secara legal, dalam rangka meningkatkan akurasi data yang diverifikasi serta proteksi akses yang dimiliki user. Dengan begini, data akan senantiasa diperbarui dari waktu ke waktu.
5. Proses Touchless
Jelas, fitur ini memungkinkan permintaan akses dilakukan secara touchless. Tidak seperti sidik jari, yang juga menggunakan teknologi biometrik, deep face hanya memerlukan pemindaian citra wajah secara mudah, tanpa menyentuh perangkat apapun. Dalam era kekinian, tentu hal ini menjadi proses yang jauh lebih higienis dan bersih.
KEKURANGAN DARI TEKNOLOGI PENGENALAN WAJAH (DEEP FACE)
Selain kelebihan, deep face juga memiliki kekurangan. Berikut kekurangan dan penjelasannya :
1. Kesesuaian cahaya
Dalam mengggunakan sistem keamanan deep face, kondisi cahaya sangat diperlukan. Apabila berada ditempat yang tidak ada cahaya maka sistem keamanan deep face tidak akan berfungsi, untuk itu diperlukan cahaya yang sesuai agar wajah dapat terdeteksi oleh sistem keamanan deep face.
2. Penggunaan riasan dibagian wajah
Sistem keamanan deep face tidak bisa bekerja, jika wajah yang dideteksi tidak teranalisa dengan baik. Untuk itu, riasan yang dikenakan pada wajah disarankan tidak digunakan secara berlebihan karena akan menimbulkan efek perbedaan. Sehingga sistem tidak bisa bekerja dengan semestinya.
APLIKASI KECERDASAN BUATAN YANG DIHARAPKAN UNTUK MEMPERMUDAH PEKERJAAN DI MASA DEPAN
Seiring perkembangan zaman, teknologi pun berkembang dengan begitu pesat. Teknologi canggih sudah diciptakan untuk mempermudah aktivitas dan keberlangsungan hidup manusia. Seperti contohnya, saat ini kita dapat berkomunikasi jarak jauh melalui smartphone dan juga dapat melihat wajah dari lawan bicara kita, teknologi itu disebut video call. Lalu contoh kedua adalah dimana manusia dapat berbelanja tanpa harus pergi ke toko atau tempat belanja, melainkan manusia dapat berbelanja dari rumah atau dimana pun. Tentu saja teknologi tersebut sangat mempermudah aktivitas dan pekerjaan manusia. Namun teknologi yang diharapkan untuk lebih mempermudah pekerjaan yaitu sebuah teknologi yang dapat mengemudikan mobil tanpa bantuan manusia atau yang disebut dengan Autopilot.
Sumber : foto.6
Teknologi Autopilot telah ada pada kendaraan mobil Tesla. Namun teknologi tersebut belum tersedia pada mobil-mobil lainnya yang harga nya lebih terjangkau. Dengan adanya sistem autopilot dalam sebuah mobil, maka mobil akan dapat mengemudi sendiri mengikuti marka jalan, apabila marka jalan tidak ada maka mobil akan autobrake atau berhenti secara otomatis. Tetapi fitur autopilot tetap membutuhkan campur tangan pengemudi. Sekitar 20 KM keatas fitur autopilot sudah bisa berfungsi dengan lepas setir dan belok sendiri mengikut markah jalan, lalu interval setelah warning sekitar 1 menit pegang setir, sudah bisa lepas tangan kembali. Menurut saya kecerdasan buatan yang diharapkan untuk membantu pekerjaan adalah Autopilot.
TANTANGAN YANG DIHADAPI INDONESIA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN CYBER SECURITY
Ancaman kebocoran data dalam konteks keamanan dunia maya (cybersecurity) di Indonesia kembali menjadi sorotan khusus. Sejumlah kalangan seperti akademisi dan pengamat mendorong pemerintah untuk memprioritaskan regulasi proteksi data untuk menangkal ancaman cyber. Indonesia saat ini menjadi negara ketiga paling ditarget dalam ancaman cyber security setelah Amerika Serikat dan India, menurut laporan Check Point, Software Technologies Inc. Tantangan yang diahadapi Indonesia dalam meningkatkan kemampuan Cyber Security sebagai berikut :
1. Biaya yang cukup besar
Investasi yang diperlukan untuk keamanan cyber perusahaan tentunya dapat menyebabkan dilema biaya untuk menghindari pengeluaran yang sangat besar dalam melindungi sistem dari ancaman cyber, terutama dari pelanggaran kebocoran data.
2. Kemampuan untuk mendeteksi dan merespon kurang efektif
Chief of Product & Sevice Officer Telkomtelstra Agus F Abdillah menilai tantangan utama bagi korporasi di Indonesia dalam mengelola keamanan cyber terletak pada kemampuan untuk mendeteksi dan merespons secara efektif terhadap pelanggaran kebocoran data pada waktu yang tepat.
3. Kurangnya SDM yang ahli dalam bidang Cyber Security
Studi mengungkapkan bahwa kekurangan 'orang dan keterampilan' adalah tantangan digital terberat di Indonesia. Keterbatasan talenta SDM dan keterampilan menjadi tantangan terberat dengan porsi 36%, melampaui pendanaan investasi yang terbatas (31%), rendahnya akses ke ekosistem teknologi yang tangguh (20%), kebijakan atau peraturan pemerintah (17%), serta persoalan keamanan cyber (15%).
Comments
Post a Comment